Minggu, 11 Januari 2015

kikis

entah akan kumulai dari mana lagi, tak henti aku berkisah merangkai mimpi. satu kata yang sekarang ada di benak ku aku sepertinya mulai merasa lelah, lelah dengan kerapuhan yang ada.
lelah dengan penyatuan yang sia-sia, meski aku tahu tuhan tak mungkin membiarkan aku terjatuh. tempaan macam apa lagi ini.
demi tuhan aku merasakan terkikis demi tuhan aku merasakan sepi, namun aku tak pernah tau bagaimana nanti hati ini kembali merangkai.
cinta seolah kata yang seakan enggan aku mengupasnya lagi, berkali ku kayuh perahu dan menghalau berbagai ombak tapi hempasan angin tak mampu membuatku bertahan, kenyataan yang ada kepahitan yang tercipta bukan kesan nyaman yang di sediakan dan di rasakan. berurai air mata meski aku sendiri tak mengerti, dermaga mana lagi yang harus aku singgahi untuk menyelesaikan pelayaran ini.
demi ketulusan ini aku berucap, demi ketulusan ini aku menerjangnya. bahakan aku seolah lupa bahwa masih ada DIA maha yang mempunyai kuasa.
perasaan ini hampir lebih sakit dari yang kemarin, gejolak bathin yang lebih kuat dari sebelumnya entahlah, tapi aku menyayanginya tapi akupun tak bisa menerimanya.
tidak kah kita di beri jalan entah bagaimana ? sungguh aku ingin mengakhirinya sungguh aku ingin menyudahinya. tapi aku tak tau lagi harus berbuat apa.
berapa jam yang di lewatkan hanya untuk keadaan yang seperti ini, mungkin ini maksud tuhan memberikan kuasanya, banyak yang menentangmu banyak yang tak mengizinkanku, tapi aku kuat terus mempertahankanmu. lalu dengan sekarang goresan yang aku rasakan haruskah aku merelakanmu untuk yang terakhir kalinya.
pernahkah kau merasa apa yang aku rasakan ? rasanya aku ingin lari dan lebih baik tak melihat mengetahui mendengar apapun tentang kamu kehidupanmu.
tak ku pungkiri hatiku merintih kecewa dan menjerit tapi apa yg bisa ku lakukan.
aku mencintaimu, terlebih amat sangat menyayangimu tapi harus aku melepaskanmu.
membiarkanmu dengan yang kau yakini tanpa aku tanpa cerita atau rangkaian masa depan kita.
bagaimana aku memulai ?
setiap kali aku menekan perasaanku setiap kali harus memasang muka jahatku merintih aku melakukannya, tak bisa kau yang aku sayang kau yang cinta tapi kenapa ?
setiap kali aku berdoa agar tuhan memudahkan hidupmu, melembutkan hatimu dan memberimu cahayaNYA agar kau lebih tenang agar kau lebih nyaman dengan hidupmu, maafkan aku bila bukan menjadi yang terbaik buatmu, aku ingin menghentikannya perasaan ini sakit ini. tapi aku menyayangi sorot mata itu.
tuhan yang maha pengasih, entas aku dari ini beri aku jalan ?
jikalau benar aku tak sebanding dengannya tolong damaikan kami, lapangkan kami.

Jumat, 07 November 2014

redup

aku tak memiliki kesempurnaan akan menahan sabar yang tak terkendali, aku tak berkemampuan untuk menganggap segala hal kecil yang kau torehkan menjadi biasa, aku terlanjur menjadikan setiap jengkal cerita kita menjadi alunan melodi yang setiap saat bisa aku alunkan nadanya menjadi pengiring resah.
andai kau mengerti, andai kau menelisik kedalam embossing angin yang mengitari kita.
aku sakit, aku terluka bahkan terpuruk. mendapati kenyataan yang begitu jauh dari kesesuaian.
aku mencoba marah, namun aku di paksa menelan pil pahit yang amat sangat aku benci.
aku tersepi dan semakin merasakan menggigil manakala angin hampa menerpa.
kau terluka, aku mencoba menerangi dengan lilin kecil untuk segala kegelapanmu meski tubuhku habis terbakar dan meleleh hingga binasa.
tapi kau masih sama, memberkan segala pembenaran.
sedang aku ? berkali harus kecewa berkali harus berkaca ada apa ini ?
pernahkah kamu berfikir, aku harus belajar menerima segala kekurangan kamu, segala kebiasaan kamu, segala hal yang harus aku telan saat belajar mencintaimu.
bahkan tanpa kau sadari, kaulah yang tersulit untuk aku pahami.
aku harus menerima segala kelemahanmu sebagai bagian dari kelebihanmu.
ndeh :(
tapi mungkinkah aku terus menggenggam pisau yang perlahan membunuhku.

Minggu, 28 September 2014

anai yang tak berujung

seberapa kuat meski bertahan dan adu argumen, masihlah sama seperti air dan minyak hidup berdampingan tapi tak pernah bersatu.
berbeda dengan yang dulu menyatu tapi takdir yang memutuskan dengan pendampingan, bimbang yang semakin menghadang menggelapkan seberkas cahaya yang mengkilap hingga perlahan lahan redup.
elegi lagi elegi yang tak pernah tau samapi dimana titik tonggak yang mengarah .
semoga yang terbaik yang menjadi takdir :)

Kamis, 11 September 2014

sekelumit antara aku dan kamu

aku adalah seorang wanita egois dan keras kepala dimana segala apa yang menurutku benar ya benar meski kadang logika masih bisa di ajak kerjasama. tahun 2011aku masuk dalam sebuah lingkungan pekerjaan, dimana ada harapan yang aku tanam dalam diri proses mencari kesibukan untuk melupakan yang lalu yang hampir menghancurkanku. dalam tempat itu aku bertemu dengannya dengan si sorot mata sayu itu. aku  tak mengenal dia siapa bagaimana kehidupannya tak pernah terfikir aku akan masuk sejauh ini dalam kehidupannya, yang jelas sorot mata itu mampu mengalihkan kesedihanku. hingga aku mencoba untuk meraih simpatinya, aku dan dia berusaha sama sama mencari kenyamanan, tapi lambat laun aku pikir bukan dy orangnya hingga aku memutuskan membuka lembaran kisah dengan orang lain itupun tak berlangsung lama hanya sekedar pelipur lara atas sisa kesedihanku kemarin.
1 tahun berlalu aku dan dy masih dalam lingkup satu gedung, lalu aku memutuskan untuk melanjutkan study ku yang sempat aku tunda, dan di tahun pertama aku memasuki masa studyku akupun tak mengerti dy tiba tiba datang dengan segala kebiasaan yang sempat hampir terjalin dulu, dengan segala kelembutannya sorot matannya akupun tak bisa melepaskan tatapan itu, ah tuhan meski kadang aku masih menepis akan kesungguhannya, hingga akhirnya akupun masih dengan sifat lamaku yang egois super keterlaluan.
tahun pertama saat kita mencoba menjalin kecocokan, bulan bulan pertama kedua masih belum terlalu sering mengalami percekcokan dy masih dengan sifat kalemnya lembutnya dan tatapan sayu matanya yang paling aku suka darinya, memasuki bulan berikutnya semakin terlihat jelas perbedaan pendapat di antara kami, tapi aku pikir ini hal biasa karena sebelumnya belum pernah mengalami masa seperti ini, dy menggoyahkan pendirianku dy mememcahkan batu dalam diriku.
bulan demi bulan silih berganti selama masa last kontek putus nyambung bahkan mungkin sudah sama sama mencoba mencari pengganti satu sama lain. terlalu banyak likaliku perbedaan pandangan hingga aku pun tak mengerti hingga saat ini aku dan dy masih menjalin hubungan.
aku tak pernah tau apa dan siapa yang dy inginkan atau dambakan ? sejauh ini aku selalu berusaha menjadi yang terbaik untuknya sesulit apapun masanya.
hingga kini, dy dengan sekelumit masalahnya dan aku dengan segudang macam pikiran tugas tanggung jawab yang harus aku selesaikan.
tuhan, aku tak pernah tau perasaan apa ini, aku menginginkannya aku menghawatirkannya.
meski hingga detik ini aku masih belum bisa meyakini kesungguhannya terhadapku. aku masih berharap jalan yang kau mudahkan tanpa hambatan ego atau bahkan goresan perasaan.
aku tak pernah tahu sampai dimana kan berlabuh dan di dermaga mana kan ku tuju,
doaku tak pernah putus untuknya bukalah hatinya pancarkanlah hidayah dalam hidupnya, kembalikanlah dy menjadi sebagaimana dy yang terbaik untuk masa depannya. berikanlah kekuatan yang kokoh dalam penjagaanya, jadikanlah ia pemimpin dunia akhirat untuk keluarganya.
dan izinkan aku memperbaiki diriku, untuk menjadi anak, istri serta ibu yang hebat untuk orang tuaku, suamiku, dan putraku.
jadikan aku wanita sholikha penyejuk keluargaku.




ndeh :*






Senin, 25 Agustus 2014

memasuki jenjang semester ke 5 di masa pendidikan s1 ku, segala gejolak perang sebagai wanita mulai menghampiriku.
memasuki usia 21 tahunku sebenarnya usia yang masih sangat muda bahkan untuk memulai karir yang lebih baik, tapi di karenakan hubunganku dengan seseorang yang mengalami pasang surut dan terjangan ombak mebuatku seolah olah lelah dengan argumen dan polemik percintaan, rasanya ingin aku tuntaskan tugas dan mengesahkan kewajibanku untuk mengemban tugas sebagai seorang istri.

Sabtu, 02 Agustus 2014

jenuh

akan kumulai dari berbagai persoalan yang selama ini sulit untuk aku pecahkan, masalahnya hanyalah persoalan waktu.
tapi saat melalui prosesnya sangat amat di butuhkan banyak tenaga perasaan di mana asumsi dan emosi jiwa berpengaruh kuat, menghancurkan stabilitasi keadaan.
perang argumentasi menganggap satu sama lain benar, itu sebuah cambukan ataukah hanya sebuah alibi menghambat segala persoalan yang selama ini di lalui.
ah entahlah keluhan demi keluhan tetap tak merubah keadaan, semakin kesini mata ini semakin terbuka hakikat seperti itu apah ?
obsesi ataukah elegi,
tak henti kadang aku bicara seorang diri karena aku tak yakin orang lain mau di ajak berdiskusi apalagi mendengarkan persoalan yang melulu.
gejolak bathin ini oh tuhan, menyiksa sekali.
aku ingin berhenti aku ingin berganti tapi ............
selalu ada kata tapi yang menghambat dari setiap tekad.
aku belum cukup berani mengambil resiko, meskipun ini pun mengandung resiko.
ah tuhan, engkau lebih tau apa yang aku rasa.
hambar, jenuh, meski kadang terbumbuhi oleh manisnya keadaan.
aku tak ingin mengaitkan ini dengan masa lalu. tapi, rasanya jauh berbanding terbalik.
inikah dimna titik harus merasakan pahitnya mempertahankan hanya demi sebuah pengakuan. oh tuhan ampuni aku, jika aku berlaku salah dalam mendzolimi orang lain.
jika ini proses pembelajaran untuk taraf yang lebih tinggi, mohon tetapkanlah kekuatan padaku.
lembutkanlah hatiku dan lapangkanlah segala yang mempersempit pikiran dan naluriku.
biarkan ini berjalan dengan petunjuk dengan damai tanpa harus ada kecaman pertikaian yang entah sudah bosan.
biarkanlah kedamaian bersamaku tuhan.

Kamis, 24 Juli 2014

di dalam senyummu kudengar bahasa kalbu mengalun sebuah kata dimana masiih menjadi tanda bahwa masih ada sebuat logika untuk di kalahkan dengan kenyataan yang sebenarnya.
sadarkah kamu, sekarang kamu bertahta di benakku mengalun mengiringi setiap langkah yang tak pernah ku bayangkan.
setiap proses dimana aku jadikan sebuah cerita tentang kamu, tentang kita.
pernahkah terfikir olehmu bahwa hanya aku yang paling mengerti tantang kegelisahan jiwamu kasih.
dana semua arti kata kecewa yang pernah kamu lontarkan hanya menjadi suatu acuan mengabaikan diri.